RAHASIA BESAR DIBALIK 10 MUHARRAM
Bismillah…
Tahun baru
Islam (1 Muharram) Tahun 1437 H bersama pada hari Rabu, 14 Oktober 2015
dan selanjutnya akan kita jumpai hari paling bersejarah bagi SELURUH
MAKHLUK (yaitu 10 Muharram).
*Tanggal 10
Muharram tahun ini bertepatan dengan hari Jum'at, tanggal 23 Oktober 2015.
Dari Ibnu
Abbas ra. berkata Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang berpuasa pada
hari ‘Asyura (10 Muharram) maka Allah SWT akan memberi kepadanya pahala 10.000
malaikat dan sesiapa yang berpuasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) maka akan
diberi pahala 10.000 orang berhaji dan berumrah, dan 10.000 pahala orang mati
syahid, dan barang siapa yang mengusap kepala anak-anak yatim pada hari
tersebut maka Allah SWT akan menaikkan dengan setiap rambut satu derajat. Dan
sesiapa yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa pada orang mukmin
pada hari ‘Asyura, maka seolah-olah dia memberi makan pada seluruh umat
Rasulullah saw. yang berbuka puasa dan mengenyangkan perut mereka."
Lalu para
sahabat bertanya Rasulullah saw.: "Ya Rasulullah saw, adakah Allah
telah melebihkan hari ‘Asyura daripada hari-hari lain?" Maka berkata
Rasulullah saw: " Ya, memang benar, Allah Ta’ala menjadikan langit dan
bumi pada hari ‘Asyura, menjadikan laut pada hari ‘Asyura, menjadikan
bukit-bukit pada hari ‘Asyura, menjadikan Nabi Adam dan juga Hawa pada hari
‘Asyura, lahirnya Nabi Ibrahim juga pada hari ‘Asyura, dan Allah SWT
menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api juga pada hari ‘Asyura, Allah SWT
menenggelamkan Fir'aun pada hari ‘Asyura, menyembuhkan penyakit Nabi Ayyub a.s
pada hari ‘Asyura, Allah SWT menerima taubat Nabi Adam pada hari ‘Asyura, Allah
SWT mengampunkan dosa Nabi Daud pada hari ‘Asyura, Allah SWT mengembalikan
kerajaan Nabi Sulaiman juga pada hari ‘Asyura, dan akan terjadi hari kiamat itu
juga pada hari Asyura!".
Dari hadits
tersebut terdapat setidaknya 12 kejadian besar dibalik 10 Muharram.
Hadits
lainnya:
Artinya: “Ia
adalah hari mendaratnya kapal Nuh di atas gunung “Judi” lalu Nuh berpuasa pada
hari itu sebagai wujud rasa syukur.” (Hadits Riwayat Ahmad)
Dari
berbagai referensi, maka keistimewaan/keutamaan 10 Muharam berlaku:
1. Nabi Adam
bertaubat kepada Allah dan dipertemukan dengan Siti Hawa..
2. Nabi
Idris diangkat oleh Allah ke langit.
3. Nabi Nuh
diselamatkan Allah keluar dari perahunya sesudah bumi ditenggelamkan selama
enam bulan.
4. Nabi
Ibrahim diselamatkan Allah dari pembakaran Raja Namrud.
5. Allah
menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa.
6. Nabi
Yusuf dibebaskan dari penjara.
7.
Penglihatan Nabi Ya’kub yang kabur dipulihkkan Allah.
8. Nabi Ayub
dipulihkan Allah dari penyakit kulit yang dideritainya.
9. Nabi
Yunus selamat keluar dari perut ikan paus setelah berada di dalamnya selama 40
hari 40 malam.
10. Laut
Merah terbelah dua untuk menyelamatkan Nabi Musa dan pengikutnya dari tentera
Firaun.
11.
Kesalahan Nabi Daud diampuni Allah.
12. Nabi
Sulaiman dikaruniakan Allah kerajaan yang besar.
13. Nabi Isa
diangkat ke langit.
14. Nabi
Muhammad saw. terbebas dari racun orang-orang Yahudi.
15. Hari
pertama Allah menciptakan alam.
16. Hari
Pertama Allah menurunkan rahmat.
17. Hari
pertama Allah menurunkan hujan.
18. Allah
menjadikan 'Arsy.
19. Allah
menjadikan Luh Mahfuz.
20. Allah
menjadikan alam.
21. Allah
menjadikan Malaikat Jibril.
Di dalam
Kitab Hadits Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan
beberapa hadits berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa
hari ‘ASYURA (10 Muharram) dan TASU’A (9 Muharram), yaitu:
1. Dari Ibnu
Abbas, “Bahwa Rasulullah saw. berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan
untuk berpuasa padanya.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
* 'muttafaq
'alaihi' secara bahasa berarti disepakati atasnya. Istilah ini biasanya
digunakan untuk hadits yang diriwayatkan dan disepakati keshahihannya oleh 2
imam hadits besar: Imam Al-Bukhâri dan Imam Muslim, jadi tingkat keshahihannya
menempati posisi ‘paling shahih’.
2. Dari Abu
Qatadah, bahwa Rasulullah saw. ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau
menjawab, “(Puasa tersebut) menghapuskan dosa (dosa-dosa kecil) satu tahun
yang lalu.” (HR. Muslim)
3. Dari Ibnu
Abbas beliau berkata: “Rasulullah saw. bersabda, “Apabila (usia)ku sampai
tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan.” (HR. Muslim)
Hadits
populer:
"Dan
puasa pada hari Arafah –aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu
tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari
‘ASYURA (tanggal 10 Muharram) –aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa)
satu tahun yang telah lalu.” [Shahih riwayat Imam Muslim, Abu Dawud , Ahmad ,
Baihaqi, dan lain-lain]
----------------------------------------------------------------
Nah, yang
menjadi beberapa kekeliruan adalah tentang bagaimana cara menyelisihi orang
kafir/Yahudi (KARENA mereka juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram). Dan ini
terbukti ketika penulis pernah 1 rumah dengan teman non muslim, ternyata mereka
juga ikut berpuasa pada tanggal 10 Muharram.
Beberapa
hadits tentang hal ini:
1. "Orang-orang
Quraisy biasa berpuasa pada hari Asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah saw. pun
melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah, beliau
berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa."
(Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Ahmad, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah,
Nasa’i dalam Al-Kubra, Al-Humaidi, Al-Baihaqi, Abdurrazaq, Ad-Darimy,
Ath-Thohawi dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
2. "Nabi
saw. tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada
hari ‘Asyura. Beliau bertanya: "Apa ini?" Mereka menjawab:
"Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Bani
Israil dari musuh mereka, maka kami berpuasa pada hari itu sebagai wujud
syukur. Maka beliau Rasulullah menjawab: "Aku lebih berhak terhadap Musa
daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk
pengagungan kami terhadap hari itu." (Hadits Shahih Riwayat Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Nasa’i dalam Al-Kubra, Ahmad, Abdurrazaq, Ibnu Majah,
Baihaqi, Al-Humaidi, Ath-Thoyalisi)
Dua hadits ini
menunjukkan bahwa suku Quraisy berpuasa pada hari ‘Asyura di masa jahiliyah,
dan “sebelum hijrah” pun Nabi saw. telah mengerjakannya. Kemudian sewaktu tiba
di Madinah, beliau temukan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu, maka
Nabi-pun berpuasa dan mendorong umatnya untuk berpuasa.
Pada tanggal
9 Muharram (disebut hari Tasu’a) dinamakan “sunnah taqririyah” dimana
Rasulullah belum sempat menjalankan ibadah puasa ini. Orang Yahudi juga
berpuasa pada tanggal 10 Muharram karena sebagai rasa syukur atas diselamatkan
Nabi Musa as. dari Fir’aun, kemudian Rasulullah juga berpuasa pada tanggal 10
Muharram, tetapi salah seorang sahabat ada yang bertanya kepada Rasulullah saw.
mengapa kita menyamai umat nabi Musa as. Kemudian Rasulullah SAW menjawab puasa
tanggal 10 Muharram ini adalah hakku dan untuk membedakannya maka tahun depan
aku akan berpuasa 2 hari (Tasu’a dan ‘Asyura) tetapi Rasulullah belum sempat
menjalankannya (karena wafat).
Dari
berbagai riwayat dan pendapat, ada 4 Cara Menyikapi Puasa ‘Asyura:
1. Berpuasa
tiga hari pada 9, 10, dan 11 Muharram.
2. Berpuasa
pada hari 9 dan 10 Muharram.
3. Berpuasa
pada hari 10 dan 11 Muharram seandainya pada tanggal 9 Muharram nya tidak
berpuasa.
4. Berpuasa
pada hari ‘Asyura (10 Muharram) saja, sebagian saja ulama memakruhkannya karena
Nabi saw. memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang
lain memberi keringanan (tidak menganggapnya makruh).
PENJELASANNYA:
(1) BERPUASA
9,10, dan 11 Muharram
“Puasalah
kalian hari ‘Asyura dan SELISIHILAH orang-orang Yahudi padanya (maka) puasalah
sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.” (HR. Ahmad dan Al Baihaqi.
Didhaifkan
oleh As Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’. Ibnul Qayyim berkata (dalam Zaadud
Ma'al): "Ini adalah derajat yang paling sempurna." Syaikh Abdul Haq
ad-Dahlawi mengatakan:"Inilah yang utama."
Ibnu Hajar
di dalam Fathul Baari juga mengisyaratkan keutamaan cara ini. Dan termasuk yang
memilih pendapat puasa tiga hari tersebut (9, 10 dan 11 Muharram) adalah
Asy-Syaukani dalam Nailul Authar dan Syaikh Muhamad Yusuf Al-Banury dalam
Ma’arifus Sunan.
Namun
ulama-ulama yang memilih cara seperti ini adalah dimaksudkan untuk lebih
hati-hati. Ibnul Qudamah di dalam Al-Mughni menukil pendapat Imam Ahmad yang
memilih cara seperti ini (selama tiga hari) pada saat timbul kerancuan dalam
menentukan awal bulan.
*Meskipun
hadits tersebut dha’if, tetapi secara umum boleh diamalkan jika itu HANYA
TERKAIT FADHILAH AMAL yang tidak menyangkut aqidah dan hukum.
Inilah tiga
syarat penting diperbolehkannya beramal dengan hadits-hadits dha’if dalam
keutamaan amal;
- Hadits itu
tidak sampai derajat maudlu’ (=palsu).
- Orang yang
mengamalkannya ‘mengetahui’ bahwa hadits itu adalah dha’if.
- Tidak
memasyhurkannya sebagaimana halnya beramal dengan hadits shahih.
(2) BERPUASA
9 dan 10 Muharram
MAYORITAS
HADITS menunjukkan cara ini. Juga pada Kitab Hadits Riyadhus Shalihin pun hanya
dibahas mengenai puasa 9 dan 10 Muharram, dan tidak dikutip dalil satu pun
tentang puasa 11 Muharram di sana.
(3) BERPUASA
10 dan 11 Muharram
"Berpuasalah
pada hari Asyura dan SELISIHILAH orang Yahudi, puasalah sehari sebelumnya atau
sehari setelahnya.”
Hadits
marfu' ini tidak shahih karena ada illat (cacat). Ibnu Rajab berkata (Lathaiful
Ma'arif hal 49): "Dalam sebagian riwayat disebutkan “atau sesudahnya” maka
kata ‘atau’ di sini mungkin karena keraguan dari perawi atau memang menunjukkan
kebolehan…."
Al-Hafidz
berkata dalam Fathul Baari: "Dan ini adalah akhir perkara Rasulullah
saw., dahulu beliau suka menyocoki ahli kitab dalam hal yang tidak ada
perintah, lebih-lebih bila hal itu menyelisihi orang-orang musyrik. Maka
setelah Fathu Makkah dan Islam menjadi termahsyur, beliau suka MENYELISIHI AHLI
KITAB SEBAGAIMANA DALAM HADITS SHAHIH. Maka ini (masalah puasa ‘Asyura)
termasuk dalam hal itu. Bisa menambah sehari sebelum atau sesudahnya untuk
menyelisihi ahli kitab."
(4) BERPUASA
10 Muharram saja
Cukup jelas
0 komentar:
Posting Komentar